Korban Jiwa di Gaza Terus Bertambah, Tembus 24.100 Jiwa

KEMENTERIAN kesehatan di Gaza melaporkan 24.100 orang tewas oleh invasi Israel sejak 7 Oktober. Israel dilaporkan juga melakukan gerakan militer yang sama di wilayah Tepi Barat.

Kementerian tersebut juga melaporkan lebih dari 60 orang dan puluhan lainnya terluka selama Minggu (14/1) malam. Pemboman intens Israel di Gaza itu turut menargetkan dua rumah sakit, sebuah sekolah khusus perempuan dan puluhan rumah.

Rumah sakit di Gaza telah berulang kali diserang sejak perang meletus, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sebagian besar rumah sakit tersebut sudah tidak dapat berfungsi.

Baca juga : Hizbullah Siap Tempur Habis-Habisan Lawan Israel

Militer Israel menuduh militan Hamas beroperasi di fasilitas sipil atau terowongan di bawahnya, tuduhan yang dibantah oleh kelompok tersebut dan belum terbukti hingga kini. Serangan terbaru terjadi di kota selatan Khan Yunis dan Rafah, serta daerah sekitar Kota Gaza.

Baca juga : 101 Hari Agresi Israel di Gaza, Joe Biden Frustasi

PBB mengatakan pertempuran selama lebih dari tiga bulan, invasi Israel telah menyebabkan sekitar 85% penduduk wilayah tersebut mengungsi, memadati tempat penampungan dan berjuang untuk mendapatkan makanan, air, bahan bakar dan perawatan medis.

“Tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada pemanas. Kami sekarat karena kedinginan,” kata pengungsi dari Gaza utara ke Rafah Mohammad Kahil, di perbatasan selatan dengan Mesir.

Serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang mengakibatkan sekitar 1.140 kematian di Israel, sebagian besar warga sipil. Hamas juga menyandera sekitar 250 sandera, 132 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk sedikitnya 25 orang yang diyakini telah terbunuh oleh seorang Israel.

Israel Ciptakan Neraka

Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan orang-orang di Gaza hidup di neraka. Itu sejalan dengan peringatan PBB sebelumnya tentang kelaparan yang akan segera terjadi.

Dalam pernyataan bersama, WHO, Program Pangan Dunia (WFP) dan UNICEF mengatakan langkah perubahan mendasar dalam aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza sangat diperlukan. Mereka menyerukan agar rute pasokan yang lebih aman dan cepat dapat dibuka Israel.

Ketiga organisasi PBB itu turut memperingatkan bahwa tingkat bantuan yang ada saat ini masih jauh dari yang dibutuhkan untuk mencegah kelaparan, kekurangan gizi dan penyakit. Direktur WFP Cindy McCain mengatakan orang-orang di Gaza berisiko mati kelaparan hanya beberapa mil dari truk yang penuh dengan makanan.

“Setiap jam membahayakan banyak nyawa warga Gaza,” kata dia.

Israel telah menghadapi tekanan internasional atas melonjaknya korban sipil di Gaza. Hal serupa juga dialami Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Bahkan Netanyahu menghadapi tekanan dari domestik yang kuat untuk mempertanggungjawabkan kegagalan politik dan keamanan seputar serangan tanggal 7 Oktober.

Pada hari ke-100 perang pada Minggu (14/1), ratusan warga Israel berkumpul di Tel Aviv untuk menyerukan tindakan guna menyelamatkan sandera yang tersisa. “Seratus hari dan mereka masih terbengkalai di sana, 100 hari dan belum ada tanda-tanda akan kembali,” kata warga Israel Amit Zach.

Hamas mengatakan sebagian besar sandera yang ditahan di Gaza kemungkinan besar telah terbunuh oleh serangan Israel.

Turki

Turki yang merupakan pendukung setia perjuangan Palestina menuduh pesepakbola Israel Sagiv Jehezkel melakukan hasutan. Dia merayakan gol dengan pesan yang tertulis di perban di pergelangan tangan kirinya, yang bertuliskan “100 hari. 07/10” yang disertai Bintang Daud.

Pengadilan Turki membebaskan pemain tersebut dan akan segera kembali ke Israel. Dalam kesaksiannya kepada polisi, yang dilaporkan oleh kantor berita swasta DHA, Jehezkel yang berusia 28 tahun dipecat oleh tim Turki setelah pertandingan tersebut. (AFP/Z-8)

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *