Makna Peran Komedi Bagi Reza Rahadian

AKTOR berbakat Reza Rahadian kembali dalam sebuah project film layar lebar dengan genre drama komedi. Untuk yang kesekian kalinya, Reza dipasangkan dengan Bunga Citra Lestari dalam film berjudul “Pasutri Gaje” sebagai pasangan suami-istri.

Kendati telah berpengalaman dalam sejumlah film komedi, Reza mengatakan berakting sebagai seorang yang “lucu” jauh lebih sulit dibandingkan dengan karakter lainnya. Namun, dia tetap menikmati dan merasa senang dengan perannya kali ini.

“Kalau lebih susah (genre film apa), lebih susah komedi. Komedi itu, it’s very very hard (sangat sangat sulit), tapi, saya menikmati sekali. Saya senang banget syuting film komedi,” kata Reza di Jakarta pada Minggu (14/1).

Baca juga: Reza Rahardian hingga Fachri Albar Bintangi Film Horor Siksa Kubur

Lebih lanjut, Reza mengaku tak kesulitan membangun chemistry dengan BCL. Selain mereka pernah dipasangkan dalam judul film lainnya, mereka juga telah bersahabat sejak lama sehingga mudah untuk saling mengerti dan menemukan ‘click’ saat beradu akting.

“Soal chemistry tidak ada masalah. Kami enggak punya formula khusus. Kami sahabat, ya tinggal on saja kalau berakting. Maksudnya udah sama-sama tahu bakal kayak gimana, kami berdua nggak punya kesulitan bermain bersama dan kita sudah melewati sebenarnya secara genre itu macam-macam, dari drama banget, terus komedi se-absurd My Stupid Boss, dan kami kembali dipertemukan sebagai suami-istri,” jelasnya.

Di samping itu, Reza juga senang bekerja bersama dengan Fajar Bustomi untuk yang kesekian kalinya khususnya dalam film Pasutri Gaje. “Saya juga senang dengan Fajar karena tabah, sabar, sangat percaya pada performance pemain, dia detail,” kata Reza.

Sebagai seorang aktor yang telah berkecimpung dalam industri kreatif selama lebih dari satu dekade, Reza mengaku sangat beruntung dan dapat memaksimalkan fungsi keaktoran tak hanya dalam ranah film tetapi menjangkau berbagai bidang. Baginya, menjadi aktor bukan hanya tentang berakting di depan kamera tapi juga berdampak pada berbagai hal.

B​​​​​aca juga: Reza Rahadian Enggan Masuk Politik Praktis Namun Pertimbangkan Tawaran Stafsus

“Fungsi keaktoran memberikan ruang yang begitu banyak, salah satunya contoh saya bisa berbagi dalam forum publik, podcast bertemu dengan begitu banyak polisi, berbicara tentang hal-hal apa saja yang bisa kita lakukan untuk industri perfilman Indonesia. Di luar itu, ada hal-hal yang sifatnya mungkin berkaitan dengan kerja-kerja sosial. Semua itu bisa dilakukan karena core-nya adalah saya seorang aktor,” jelasnya.

Mantan Ketua FFI 2020-2023 ini mengatakan bahwa penting bagi dirinya sebagai aktor untuk terlibat dalam berbagai forum untuk menyuarakan isu-isu perfilman Indonesia yang masih harus terus di advokasikan baik secara kebijakan maupun aksi. Hal itu yang memotivasinya untuk masuk dalam kepengurusan FFI sebagai ketua.

“Berbagai hal yang saya lakukan di FFl kemarin selama 3 tahun seandainya tidak ada bekal-bekal dari industri film yang selama ini saya pelajari dan analisa serta amati, saya rasa keprihatinan saya terhadap bagaimana FFI selama ini berlangsung agar bermakna dan bermartabat kemudian menjadi pendorong alasan untuk masuk membenahi sistemnya,” jelasnya.

Menurut Reza, ada kalanya seseorang harus masuk ke dalam sistem demi perubahan, kendati menurutnya mengkritik adalah kewajiban, tetapi jika bisa langsung masuk ke dalam sistem dan membenahinya, akan jauh lebih efektif.

“Memang harus terjun pada akhirnya, karena saya nggak akan cukup untuk membuat perubahan jika hanya berkoar-koar di luar, jadi tantangan berikutnya setelah mengkritik adalah bagaimana kalau Reza jangan hanya ngomong, tapi coba masuk dan ikut membenahi bersama,” katanya.

Selain fokus pada karir aktingnya, Reza juga kerap kali konsen pada isu-isu kebudayaan tanah air. Bagi aktor 36 tahun itu, Indonesia sebagai negara yang multikultur sudah seharusnya memiliki kementerian kebudayaan secara khusus yang dipisahkan dari ranah pendidikan.

“Saya melihat memang Kementerian Kebudayaan itu harus dipisah, nggak bisa jadi satu dengan Pendidikan, Riset dan Teknologi. Bayangin aja Filipina dan Prancis yang tidak sebanyak kita budayanya, mereka punya kementerian budaya sendiri, jadi negara-negara itu menganggap betapa pentingnya kebudayaan,” ujarnya.

Reza berharap kedepannya, akan ada Kementerian atau Badan Kebudayaan yang berdiri sendiri dan fokus menangani isu-isu kebudayaan, karena baginya saat hal ini diwujudkan akan ada berbagai kebijakan baik yang bisa membuat kebudayaan maju layaknya Korea Selatan saat ini.

“That’s too many things to handle under one Ministry. menurut saya Kementerian Kebudayaan kedepannya harus dipisah, mudah-mudahan itu bisa terpisah dan harus berdiri sendiri. Paling tidak kalau memang sulit menjadi kementerian, bisa saja jadi badan kebudayaan atau apapun itu tapi harus berdiri sendiri karena kebudayaan adalah hal serius harus diperhatikan,” tandasnya. (Z-10)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *