Selamat Jalan Penyair Lev Rubinstein

Lev Rubinstein (1947-2024)

PENYAIR ternama Rusia Lev Rubinstein mengembuskan napas terakhirnya pada usia 76 tahun di Moskwa, Rusia, pada Minggu, (14/1). Kabar Ini diumumkan putrinya, Maria.

Dunia sastra sangat berduka dengan kepergian tokoh puisi konseptualisme, itu. “Ayah saya, Lev Rubinstein, meninggal hari ini,” tulis Maria di LiveJournal, Minggu, (14/1).

Rubinstein mengalami kritis setelah sebuah mobil menabraknya pada Senin, (8/1) lalu. Dia dibawa ke rumah sakit yang berada di Institut Penelitian Sklifosovsky dengan banyak luka sehingga harus menjalani operasi berat.

Sebuah kasus pidana pun dibuka terhadap pengemudi mobil berusia 63 tahun yang menabrak Rubinstein. Oleh karena keteledoran melanggar peraturan lalu lintas, pengemudi menghadapi hukuman beberapa tahun penjara.

Rubinstein lahir pada 19 Februari 1947 di Moskwa. Dia lulus dari Fakultas Filologi, Institut Pedagogis Korespondensi Negara Moskwa (sekarang Universitas Negeri Sholokhov Moskwa). Setelah kuliah, dia sempat bekerja sebagai pustakawan universitas.

Lelaki bertubuh kecil dan berkaca mata itu adalah salah satu penyair konseptualisme Moskwa terkemuka. Dia menciptakan genre puisinya sendiri di persimpangan sastra, seni visual, dan pertunjukan. 

Sejak pertengahan 1970-an, namanya telah dikenal luas di seantero Uni Soviet dan luar negeri. Dia dekat dengan gerakan bawah tanah seni dan sastra yang selalu bertolakbelakang dengan mayoritas pesastra umumnya.

Minimalis

Dalam gerakan konseptualisme Moskwa, Rubinstein bekerjasama dengan penyair Vsevolod Nekrasov dan Dmitry Prigov. Dia mulai belajar sastra pada akhir 1960-an, bekerja dengan gaya minimalis. Di bawah pengaruh tekanan bekerja dengan kartu perpustakaan, Rubinstein menciptakan genrenya sendiri yang disebut sajak “lemari arsip”.

Dalam dunia perpuisian Rusia, Rubinstein telah menerima penghargaan bergengsi sebagai Pemenang Andrey Bely Award (1999) dan Penghargaan Sastra “Hidung” (2012) untuk bukunya Tanda-tanda Perhatian.

Rubinstein adalah tokoh humanis yang aktif menyuarakan aksi damai dalam kegiatan masyarakat Rusia. 

Sejak 1990, puisi-puisi Rubinstein banyak menghiasi halaman kebudayaan di berbagai surat kabar di negaranya, termasuk dipublikasikan di Kommersant, Itogi, Nezhedelny Zhurnal, dan Republik. Karya-karyanya juga telah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing.

Rubinstein adalah tokoh humanis yang juga aktif menyuarakan aksi damai dalam kegiatan masyarakat. Dia menentang perang di Chechnya, membela anggota Pussy Riot Maria Alyokhina dan Nadezhda Tolokonnikova, serta menentang dukungan Rusia terhadap separatis di Ukraina.

Pada 2017, Rubinstein menarik diri dari anggota PEN Rusia, dengan mengatakan bahwa PEN Rusia tidak memenuhi kewajibannya untuk melindungi para penulis yang dianiaya karena karya-karya mereka. Pada Maret 2022, dia menandatangani surat terbuka yang mengutuk invasi skala penuh Rusia ke Ukraina.

Kepergian Rubinstein mendatangkan duka mendalam bagi dunia sastra Rusia. Secara pribadi, saya mengenal sosok Rubinstein sejak 2015. Dalam beberapa kegiatan sastra, kami saling berdiskusi tentang gerakan pembaruan puisi ke depannya.

Meski usia saya dan almarhum terlampaui sangat jauh, namun itu bukan pembatas dalam berkomunikasi. Gayanya yang supel, mudah bergaul, dan humoris membuat siapapun menaruh simpati padanya.

Karya-karya Rubinstein, baik puisi maupun prosa, akan selalu dikenang sepanjang masa seperti embun yang beku di patal bunga bakung. Selamat jalan, kawan. (SK-1)

Baca juga: Brodsky dan Cinta Tak Sampai
Baca juga: Tokoh Puisi Mbeling itu Sudah Pergi Jauh
Baca juga: Feminitas Abadi dalam Puisi Alexander Blok

 

 

 

Iwan Jaconiah, penyair, kulturolog, dan editor puisi Media Indonesia. Buku kumpulan puisi terbarunya HUH! (Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2023). Foto header: Kristina Kormilitsyna, Kommersant.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *