Muhammadiyah Sikapi Perbedaan Hari Idul Fitri Sebagai Penguat Toleransi Umat Muslim

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Muhammadiyah memiliki cara perhitungan tersendiri untuk menentukan awal Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha. Tak jarang pula, terdapat perbedaan pada hari-hari besar tersebut dari Muhammadiyah dan organisasi Islam lainnya seperti Nadathul Ulama.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan, meskipun ada kemungkinan awal Ramadan dan Idul Fitri maupun Idul Adha, perbedaan tersebut harus menjadikan kaum muslim untuk toleran dan terbiasa.

“Sehingga pesan ini justru akan memperkuat niat kita beribadah. Karena selama masih ada perbedaan dalam hal metode, selalu akan ada perbedaan penentuan awal Ramadan, Idul Adha dan Idul Fitri,” kata Haedar, Sabtu (20/1).

Baca juga : 

Haedar menyatakan, Muhammadiyah menggunakan kriteria Wujudul Hilal, sebuah metode yang mengharuskan pemenuhan tiga syarat secara kumulatif.Menurut kriteria tersebut, bulan kamariah baru dimulai pada hari ke-29 saat matahari terbenam, asalkan telah terjadi ijtimak sebelum matahari terbenam dan pada saat matahari terbenam, bulan masih terlihat di atas ufuk. Jika satu dari ketiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, bulan baru dimulai pada hari ke-30.

Baca juga : 

Sejauh ini, ia menyatakan Muhammadiyah secara terbuka akan menerima solusi kalender global internasional, yang membuat perayaan umat Islam di seluruh dunia sama. Hal tersebut akan sama seperti kalender masehi. Namun, ia mengakui tidaklah mudah, dan membutuhkan proses terus-menerus.

“Ini adalah utang peradaban umat Islam. Karena dengan perintah iqra saja, umat Islam harus menjadi umat dan bangsa yang berpikir, menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi secanggih mungkin serta rasionalitas,” ucap Haedar.

Ia menyatakan, dengan adanya perbedaan saat ini, umat Islam tidak perllu saling menyalahkan yang malah membuat nilai ibadah berkurang. Yang terpenting ialah memaknai ibadah puasa Ramadan dengan segala rangkaiannya untuk melahirkan penghayatan dan pengamatan keislaman yang lebih baik.

“Justru ini harus menjadikan ibadah kita untuk memperkuat spiritualitas, kesalehan, memperkaya relasi hubungan sosial kita yang damai, toleran dan bersatu dalam keragaman serta membuat umat dan bangsa kita semakin maju,” tutup Haedar.

Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti mengungkapkan, Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Ramadan 1445 H jatuh pada hari Senin Pahing, 11 Maret 2024 M, menandai awal bulan suci bagi umat Islam di Indonesia. ”Keputusan ini diambil berdasarkan perhitungan yang cermat dan kriteria yang telah ditetapkan untuk menentukan kedatangan bulan Ramadan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah,” beber Sayuti.

Berdasarkan perhitungan, pada hari Ahad Legi, 29 Syakban 1445 H atau bertepatan dengan 10 Maret 2024 M, ijtimak jelang Ramadan 1445 H terjadi pukul 16:07:42 WIB. Pada saat matahari terbenam di Yogyakarta, Bulan berada di tinggi +00° 56? 28? (hilal sudah wujud). Hal ini berarti, pada hari yang sama, di wilayah Indonesia, Bulan tampak di atas ufuk saat matahari terbenam, kecuali di Wilayah Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.

Lalu, tanggal 1 Syawal 1445 H jatuh pada hari Rabu Pahing, 10 April 2024 M. Keputusan ini diumumkan berdasarkan perhitungan cermat yang mengikuti kriteria Wujudul Hilal dan menegaskan kedatangan bulan Syawal sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Adapun, perhitungan tersebut berdasarkan pada hari Senin Kliwon, 29 Ramadan 1445 H, yang bertepatan dengan 8 April 2024 M, ijtimak jelang Syawal belum terjadi. Situasi berubah pada hari Selasa Legi, 30 Ramadan 1445 H, yang bertepatan dengan 9 April 2024 M, di mana ijtimak jelang Syawal 1445 H akhirnya terjadi pada pukul 01:23:10 WIB.

Pada saat matahari terbenam tanggal 9 April 2024 M di Yogyakarta (( = -07( 48( LS dan ( = 110( 21( BT, tinggi Bulan mencapai +06( 08( 28( (hilal sudah wujud). Di seluruh wilayah Indonesia, Bulan tampak di atas ufuk saat matahari terbenam, menandakan awal bulan Syawal. (Z-8)

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *