ESDM: Temuan Mineral Kritis Litium dan Boron di Jawa Tengah Menjanjikan
PELAKSANA tugas (Plt) Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid menyampaikan pihaknya berhasil mengidentifikasi sebaran mineral tambang kritis yakni litium dan boron di Jawa.
Pemetaan lokasi mineral litium dan boron di beberapa wilayah menunjukkan memiliki kadar yang cukup menjanjikan. Daerah itu mayoritas berada di Jawa Tengah yakni tersebar di Bledug Kuwu, di Bledug Cangkring, di Desa Jono, Crewek, Kasonga dan di Mamuju, Sulawesi Barat.
Potensi litium di Bledug Kuwu misalnya, tercatat sebesar 1.000 ppm litium, sedangkan potensi boron sebesar 2.761 ppm.
Baca juga : Di Bawah Target, Realisasi Investasi Minerba Capai Rp116 T
“Geologi telah melakukan pemetaan sebaran mineral kritis dan strategis yang mencapai 47 komoditas. Di antara mineral kritis dan strategis yang dilakukan penyelidikannya adalah litium dan boron,” ungkap Wafid dalam keterangan resmi yang dikutip Sabtu (20/1).
Wafid menjelaskan pemanfaatan mineral kritis litium dan boron penting untuk mendukung transisi energi dan pengembangan energi hijau di Tanah Air. Litium merupakan bahan baku untuk baterai kendaraan listrik.
Baca juga : 10 Manfaat Bauksit bagi Kehidupan Manusia
Boron juga merupakan komponen penting bahan bakar hidrogen yang merupakan energi alternatif untuk kendaraan listrik dan dapat diolah menjadi bahan baku dari neodymium-iron-boron (NdFeB) atau magnet neodimium, serta bahan baku untuk kaca pyrex.
Badan Geologi, ungkap Wafid, telah merekomendasikan wilayah izin usaha pertambangan logam tanah jarang (WIUP LTJ/REE) yang pertama kali diusulkan di Indonesia yaitu di daerah Mamuju.
“Ke depan diharapkan akan lebih banyak lagi rekeomendasi yang kami hasilkan untuk mengusuklkan WIUP tanah jarang di Indonesia,” tuturnya.
Dalam proses pengungkapan mineral kritis, Badan Geologi melakukan kegiatan kolaborasi dengan berbagai institusi di luar negeri, diantaranya Korea Institute of Geoscience.
Selain mineral kritis dan strategis, di tahun lalu Badan Geologi juga melakukan survei hidrogen alami di Indonesia yang berada di Pulau Sulawesi bagian timur karena daerah tersebut memiliki kondisi geologi ideal untuk terbentuknya gas hidrogen alami.
“Dari hasil survei ditemukan rembesan gas hidrogen dengan kandungan 20-35% di daerah Tanjung Api, dan 9% di daerah Bahodopi, juga gas metana abiogenik dan nitrogen dengan konsentrasi signifikan,” imbuh Wafid.
Wafid mengakui, meski belum dapat ditentukan keekonomisannya, namun hasil survei membuktikan bahwa sistem hidrogen alami ada di Indonesia. Untuk itu, diperlukan studi lebih rinci untuk mengetahui lebih lanjut. (Z-4)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!