Rupiah Sukses Gilas Dolar AS di Angka Rp15.623

NILAI tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan, setelah dalam beberapa hari sebelumnya terus-terusan digilas dolar Amerika Serikat (AS).
 
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 18 Januari 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.623 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 20 poin atau setara 0,12% dari posisi Rp15.643 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
 
“Pada penutupan pasar hari ini, mata uang rupiah ditutup menguat 20 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 25 poin di level Rp15.623 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.643 per USD,” kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.

Baca juga : Bloomberg Ungkap Ekonom Lebih Pilih Anies, Pakar : Kebijakan Ekonominya Realistis

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp15.614 per USD. Rupiah menguat 21 poin atau setara 0,13 persen dari Rp15.635 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.630 per USD. Mata uang Garuda tersebut juga menguat sembilan poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp15.639 per USD.
  
Baca juga : Survei Bloomberg: Ekonom Sebut Anies Baswedan Kandidat Tepat Gantikan Presiden Joko Widodo

 

Suku bunga acuan BI

Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan ruang penurunan suku bunga acuan BI masih terbuka. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan moneter yang pro stabilitas dan sistem pembayaran yang pro growth.
 
Adapun, pada Rapat Dewan Gubernur Januari 2024, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat enam persen. Dengan mempertimbangkan volatilitas pasar keuangan global yang masih berlangsung.
 
Meski demikian, ada sejumlah kriteria untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga. Pertama, seberapa cepat penguatan nilai tukar rupiah.
 
Kedua, tetap terkendalinya inflasi, khususnya inflasi inti dan inflasi pangan. Serta ketiga, perkembangan dukungan kredit dalam pembiayaan ekonomi yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi.
 
Sementara itu, surplus perdagangan Indonesia bertahan hingga akhir 2023. Indonesia berhasil mencapai surplus sebesar USD3,3 miliar di Desember 2023, meningkat dari USD2,4 miliar di bulan sebelumnya.
 
“Berlanjutnya surplus perdagangan ini berhasil mendukung cadangan devisa yang mencapai USD146,4 miliar di akhir 2023, meningkat dari USD137,2 miliar di 2022,” jelas Ibrahim.
 
Di sisi lain, lanjut dia, penurunan suku bunga bank sentral AS di 2024 juga akan diikuti oleh Bank Indonesia, guna untuk menjaga momentum yang ada.
 
“Sehingga dengan penurunan suku bunga bisa berdampak terhadap penurunan bunga kredit sehingga berdampak terhadap pembangunan infrastruktur dan konsumsi masyarakat yang menggeliat,” terang Ibrahim. (Medcom.id/Z-4)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *